REVIEW & Energi Baik Buku NKCTHI

Nanti kita cerita tentang hari ini

Alasan pertama kenapa aku pengen banget beli buku ini adalah judulnya. Judul buku ini sangat sangat cantik menurutku. Karena aku sendiri, pernah menulis satu tulisan yang hampir sama dengan judul buku ini. Inti tulisanku itu tentang seorang Ibu yang akan menceritakan hal-hal berharga yang telah ia lalui kepada anak-anaknya nanti. Judulnya, Nanti Ibu Ceritakan.
Awalnya, aku pikir isi buku ini adalah sekumpulan sahabat yang akan saling bercerita dimasa depan, tentang hari-hari mereka yang telah lalu. Ternyata, salah! Sebelum aku cerita tentang buku ini, aku ceritakan sedikit apa yang terjadi sampe akhirnya aku PUNYA buku ini.
Pertama lihat buku ini di akun Instagram @nkcthi dan pertama kali follow penulisnya @marchellafp langsung ada rasa pengen beli, tapi karna bagiku harganya termasuk mahal, dan aku baru banget beli komik minggu lalu, jadi aku tahan dulu. Aku berniat beli buku ini bulan depan, di Gramedia Tegal, karena ada diskon Rp.20.000 sampe akhir Desember. Tapi ternyata, salah satu sahabatku, tau kalo aku pengen banget beli buku itu, dan dengan sangat baik hatinya dia, disela-sela tugas dinas dia di Riau, dia sempetin nyari buku ini buat aku. Dimana mana sold out, katanya. Memang 500 buku edisi terbatas ini habis terjual dalam waktu 1 menit dan 4000 buku edisi reguler habis terjual dalam waktu 7 menit. Sebegitu besar daya tarik kebaikan, ya! Ok, mari kita review!

Buku ini berisi nasihat-nasihat baik yang digambarkan dalam bentuk surat, ditulis oleh seorang Ibu untuk anaknya di masa depan. Tulisan tulisan ini ditulis oleh Kak Marchella FP, ditulis sekarang untuk dibaca di masa depan. - Kenapa ?
Karna katanya, dia takut lupa.

Halaman pertama yang aku buka tanpa sengaja adalah di bagian Siang, halaman ke-empat, warna hijau sedikit gelap, tentang ‘KEPALA’.
Kata sahabat Ibu,
“Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, kecuali makan kepala sendiri”  
Dia benar juga ya,walaupun gak sering.

Apa yang terjadi pertama kali saat aku baca halaman ini? Biasa saja, aku tidak paham, atau mungkin belum. Aku ulang, baca lagi, sampe 3x. Dan sampe sekarang, masih belum begitu paham. Mungkin, karena belum merasakannya.  -- Sabar.
Ke-dua, halaman ini adalah yang paling aku suka. Dibagian Pagi, halaman ke-12, warna biru muda, tentang ‘HATI’, dan tentang ‘kata Ayah’.
Kakekmu sering berpesan,
“Kalau bekerja jangan setengah-setengah.”
Benar, beliau jarang salah. 
Semua yang sepenuh hati pasti sampai ke hati lain.
Aku suka banget bagian ini karena aku pernah merasakan, dan rasanya memang benar seperti itu. Begini, tempatnya niat ada di hati, dan setiap niat baik, pasti akan menjadi baik. Walaupun kadang lebih banyak hati yang tidak mampu melihat kebaikannya. Tapi hati yang baik pasti akan paham, ini baik.
Dan Bapakku memang pernah bilang seperti itu.   -- Iya, Bapak sering sekali benar.

Setelah bagian yang paling aku suka, sekarang aku kasih tau bagian mana yang paling bikin aku nangis. Adalah bagian Sore, halaman ke-19, warna coklat muda dan biru, tentang ‘ARAH’.
Dirasa yang paling menyedihkan dalam proses pencarian adalah tersesat. 
Bukan, ada yang lebih . . .
Berpisah dengan ia yang kita kira searah.
Dulu pernah, memutuskan untuk berjalan dengan satu orang yang aku yakini tepat. Sudah banyak sekali terucap do’a juga harap, kali ini cukup besar. Awalnya, aku pikir kita satu arah. Bertujuan dan berjalan pada arah yang sama. Tapi ternyata, salah. Akhirnya, kita memang harus selesai. Akhirnya, kita harus menuju ke arah masing-masing.
Jadi, awal dari kesedihan ini adalah, dulu kupikir kita searah.

Bagian terakhir yang akan aku ceritakan ke kalian adalah bagian yang paling aku sepakati, yang menurutku paling iya banget. Yaitu bagian Siang, halaman ke-12, warna abu-abu, tentang 'Salah atau Benar', lalu bagaimana kita meresponnya.
Dulu Ibu kira hidup hanya hitam dan putih, halal dan haram, benar dan salah. 
Sampai bertemu mereka yang hitam dengan alasan, menjadi salah karena alasan, mencoba haram diikuti alasan. 
Jangan kamu tiru dosanya,
Tapi jangan hakimi mereka.
Itu bukan tugasmu.
Dari sini, aku paham, setiap orang punya alasan sebelum melakukan atau memilih sesuatu. Dan, kita tidak pernah tau apa yang menjadi dasar alasan seseorang, karena kita tidak pernah benar-benar mengetahui hidup orang tersebut, baik apa yang telah ia lalui, atau apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam hidupnya. Mungkin, memang hanya orang tersebut dan Tuhannya saja yang tau. Jadi, mengerti lah. Berbaik-sangka lah. Jangan mudah menilai, apalagi menyalahkan. Itu bukan tugas kita.
Selesai ~

Udah, review isi buku dari aku cuma itu. Sisanya, biar kalian berekspektasi sendiri. Sekarang, aku mau cerita tentang respon pembaca lain dari buku ini.

Ada banyak sekali respon positif dari cetakan pertama buku ini, banyak yang bilang bukunya sangat bagus, banyak yang mengapresiasi karya Kak Marchella ini. Tapi, ada juga yang meresponnya dengan respon yang kurang positif. Ini yang akan kita bahas. Ada yang bilang, buku ini jauh dibawah ekspektasi, karena isinya tidak sama dengan apa yang sering Kak Marchella share di Instagram Story. Ada yang bilang bukunya kelewat mahal, padahal tulisannya sedikit. Ada juga yang bilang isinya biasa aja, gak bikin nangis sama sekali seperti yang di iklankan di Youtube. Bahkan, ada yang bilang kecewa karena udah beli buku ini. Ok, ini gapapa. Itu semua adalah hak mereka untuk merespon sesuatu.
Sekarang, aku mau coba mencari energi positif dari respon-respon yang kutang positif tadi.
Pertama, kalo dibilang tulisannya sedikit, memang. Karena setauku, Kak Marchella ini kuliahnya Desain Komunikasi Visual, dan ini salah satu cara dia menerapkan dan membagikan ilmunya, ya wajar banget kalo banyak gambarnya. Lewat buku NKCTHI, yang banyak gambarnya, juga banyak makna baiknya. Semua energi baik yang ingin disampaikan penulis memang lebih banyak lewat gambar, kemudian ditambahi tulisan. Jadi menurutku, tidak ada yang salah dari tulisan yang sedikit. Ya karna memang seperti itu latar belakang pembuatan bukunya. Ingat teman-teman, ini buku self improvement, bukan novel.
Tentang cerita-cerita di Instagram Story yang ternyata tidak ada di buku, beberapa hari lalu Kak Marchella memberitahu alasannya lewat Instagram Story, bahwa apa yang dia tulis di buku dan Instagram memang tidak semua sama. Cerita-cerita dari orang yang ada di Instagram memang hanya untuk dinikmati disana, bukan di bukunya. Tapi menurutku, isinya sama sih. Sama-sama berusaha membagikan energi baik, walaupun lewat cerita yang berbeda. 
Terkait harga yang mahal, menurutku ini sangat-sangat-sangat wajar. Memang harganya tergolong mahal untuk beberapa orang, tapi, kualitasnya juga gak kalah mahal lho. Fisik buku ini bagus banget menurutku, hard cover-nya, kertasnya, warnanya, apalagi ilustrasi gambarnya. Kita juga dikasih stiker, kan? Wajar lah harganya segitu, sebanding kok sama kualitasnya.

Yang terakhir, tentang kenapa ada yang nangis dan ada yang biasa aja ketika baca buku ini.

Aku mendapatkan satu jawaban dari pertanyaan itu, kenapa respon orang beda-beda?
Jelas akan beda, bahkan pasti beda!
Pembaca akan merespon secara sendiri-sendiri, dengan latar belakang pembaca yang tentunya berbeda-beda. Situasi saat pembaca membaca buku ini pun tidak semuanya sama. Menurutku, respon itu tergantung diri kita pribadi. Tergantung sampe mana perjalanan hidup si pembaca. Karena saat aku baca buku ini, yang bikin aku mengerti dan akhirnya nangis adalah bagian yang memang aku benar-benar paham dan sudah pernah meraskannya.
Misal, salah satu halaman di bagian Sore bikin aku nangis karena aku memang pernah ada di masa itu, merasakan hal itu, dan memang benar begitu rasanya. Seperti yang aku jelaskan diatas, jadi memang ada -kesamaan rasa- yang dirasakan pembaca dan penulis.
Pada beberapa halaman di bagian lainnya, menjadi biasa saja karena aku belum begitu paham, dan memang belum mengetahui maksud dari halaman itu. Kenapa belum paham? Karena belum merasakan bagaimana rasanya. Jadilah biasa aja responnya. 
Jadi, kalo kamu baca buku ini dan merasa biasa aja, mungkin kamu memang belum merasakan atau mengalami fase itu. Aku memang tidak menjamin ketika kamu sudah merasakan rasa yang sama dan berada di fase yang sama maka kamu akan menangis, atau minimal sepakat dengan isi buku ini. Tapi, kenapa tidak mencoba? Coba aja, siapa tau iya.
Karena kata Kak Marchella, “Semua akan terdengar masuk akal pada waktunya.”  - Sabar.



- Nasihat -

Terakhir, nasihat (yang semoga baik) dari aku adalah, jangan mudah menghakimi, apalagi menyalahkan. Setiap orang punya definisi benar dan salahnya masing-masing, dan beberapa memang tidak bisa disamakan. Mungkin, karena prosesnya yang berbeda-beda. Berusahalah untuk selalu mencari alasan baik dibalik ke-kurang-baikan yang kamu lihat. Kemudian, iringi dengan do’a yang baik untuk mereka. Ini akan menjadi jauh lebih baik daripada menyalahkan dan menyebarkan kebencian.
Bukankah setiap diri ingin dimengerti? Maka sebelum itu, belajarlah menjadi Si Pengertian, bukan Si Penentu Kebenaran.
    – Ingat, menghakimi bukan tugas kita
Semoga, tulisan ini memberi manfaat yang berkah, memberi energi baik. Semoga yang sangat ingin tau buku ini bisa mendapat pencerahan dari tulisan ini, semoga yang masih ragu memutuskan untuk membeli buku ini atau tidak, setelah ini segera bisa memutuskan. Dan semoga, yang pengen banget punya buku ini, selalu Allah tambahkan sabar pada hatinya, sampai Allah datangkan kecukupan untuknya. Allahumma aamiin.



Terima kasih sudah membaca, silahkan share jika kamu ingin oranglain juga membacanya. Barokallah!

Komentar

  1. suka banget sama nasihatnya. sesuai sama yg aku alamin sekarang. nice review^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Destinasi Wisata Malahayu yang Cocok untuk Liburan Keluarga

Mulai dari Karyawan, Semua Orang Bisa Jadi Entrepreneur