Wakaf Ummi di Tapal Batas
Pulau Sebatik, sebuah Pulau kecil yang berada di jajaran
Pulau Kalimantan bagian Utara. Dihuni oleh dua Negara, Pulau ini terbagi dua
dan menjadi salah satu perbatasan Negara, Indonesia – Malaysia. Berbagai jenis
problematika perbatasan terjadi di wilayah ini, mulai dari segi ekonomi dengan
dualisme mata uangnya, budaya masyarakat Indonesia yang lebih condong ke
Malaysia, hingga masalah kualitas pendidikan yang masih sangat memprihatinkan.
Salah satu masalah dalam pendidikan di Pulau Sebatik ini
adalah mengenai ketersediaan dan kualitas tenaga pengajar yang masih sangat
kurang. Mari kita lupakan sejenak mengenai infrastruktur dan kelengkapan
penunjang belajar lainnya, karena yang pertama dan utama harus ada dalam proses
belajar mengajar adalah guru sebagai tenaga pengajar, dan siswa sebagai yang
diajarkan.
Salah satu problematika pendidikan yang begitu kentara yaitu adanya
anak-anak yang tidak bisa bersekolah. Bukan tidak mau, tapi memang tidak bisa.
Yaitu mereka, anak-anak dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang tinggal dan
bekerja di kawasan perkebunan Negara Malaysia. Terlalu jauh untuk bersekolah di
Indonesia, juga terlalu mahal untuk bersekolah di Malaysia. Anak-anak TKI ini menghabiskan
waktu hanya dengan bermain setiap harinya, beberapa yang sudah bisa menjadi
buruh akan ikut bekerja dengan orangtua mereka di Malaysia. Demi menyambung
hidup, mereka bekerja apa saja, asalkan itu menghasilkan uang.
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project |
Mirisnya kondisi pendidikan di perbatasan ini ternyata
telah menggerakkan hati seorang Perempuan. Seorang bidan dari Sulawesi Selatan yang
hidupnya telah lebih dari berkecukupan. Pendidikan yang memadai, pekerjaan yang
menjanjikan, juga keluarga yang hangat dan nyaman dirumah. Berprofesi sebagai Bidan
berpengalaman dan Dosen di Akademi Keperawatan dan Kebidanan di Makassar. Namun
semua kenyamanan yang dimiliki ternyata belum mampu membuat masa tuanya tenang.
Kemuliaan hati beliau telah mengarahkan langkahnya menuju Pulau Sebatik,
Perbatasan Indonesia – Malaysia.
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project |
Ummi Suraidah, begitulah kami sering memanggilnya. Bercita-cita
mulia, ingin membantu anak-anak perbatasan untuk sedikit mencicipi ilmu
pengetahuan. Ummi merasa dibutuhkan disana, beliau rela meninggalkan keluarga
dan segala kenyamanan yang telah dimiliki hanya demi sebuah rasa kepeduliah,
untuk mengabdikan diri menjadi tenaga pengajar bagi anak-anak TKI di Pulau
Sebatik. Ummi tidak dibayar, tidak juga didukung oleh orang-orang besar. Semua
kebutuhan dipenuhi dengan dana pribadinya. Berawal dari sebuah rumah penitipan,
beberapa keluarga TKI menitipkan anaknya dirumah Ummi, hingga akhirnya dengan
segala macam rintangan Ummi berhasil mendirikan Sekolah sederhana untuk
anak-anak TKI di Perbatasan.
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project
|
Sekolah Tapal Batas (STB) didirikan oleh Ummi pada Mei
2012, sekolah inilah yang menjadi satu-satunya tempat belajar bagi anak-anak
TKI Indonesia yang orangtuanya bekerja dan menetap di kawasan perkebunan sawit Malaysia.
Dengan berbagai keterbatasan yang ada, Ummi berusaha mengajarkan seluruh mata
pelajaran dasar dan juga nilai-nalai moral pada anak-anak Tapal Batas. Ummi
berharap kelak mereka menjadi orang-orang baik yang berguna dan bersedia
menolong sesama.
Bukan tanpa rintangan, mulai dari kewalahan mengurus
anak-anak sendirian, kurangnya media pembelajaran, hingga kesulitan meyakinkan
lebih banyak orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya di Sekolah Tapal Batas.
Ummi harus berjalan menyusuri hutan sawit Malaysia untuk berkunjung ke rumah
warga yang bekerja sebagai TKI di Malaysia, meyakinkan mereka untuk mempercayakan
anak-anaknya bersekolah di Sekolah Tapal Batas. Berbagai kesulitan Ummi hadapi
dengan begitu sabar, tidak ada sedikitpun rasa ingin menyerah. Demi pendidikan
anak-anak bangsa, hatinya yakin untuk mengabdikan diri pada anak-anak TKI yang
terlantar.
Terinspirasi dari Ibunda tercinta yang begitu gigih
memperjuangkan pendidikan untuk mereka yang kurang mampu. Ummi bertekad untuk
melanjutkan perjuangan sang Ibu yang sudah berhasil mendirikan yayasan
pendidikan gratis untuk anak kurang mampu diberbagai tempat. Ummi merasa,
pendidikan anak-anak Tapal Batas adalah tanggungjawab Ummi sekarang.
"Cita-cita Ummi sekarang ini hanya satu, Ummi ingin anak-anak bisa mendapat pendidikan yang layak, mereka bisa sukses di Indonesia dan tidak ada lagi yang menjadi buruh di Malaysia."
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project |
Semangat Ummi yang luar biasa mampu menggerakkan hatiku,
juga hati 30 Mahasiswa yang mendengar kisah hidupnya. Berawal dari sebuah ekspedisi
kemanusiaan yang berlangsung di Pulau Sebatik, pada tahun 2015, sebanyak 29 Mahasiswa
diterjunkan ke lapangan untuk melaksanakan sebuah pengabdian untuk Negaranya.
Memunculkan berbagai cerita tentang Ummi, anak-anak TKI dan Sekolah Tapal
Batas, menggerakkan hati mereka yang mendengarnya hingga akhirnya disetiap
tahun selalu ada Mahasiswa yang mengajukan diri untuk mengikuti ekspedisi
kemanusiaan ini. Tahun 2016 batch ke-dua kembali diberangkatkan, hingga hari
ini kurang lebih sudah ada 94 Mahasiswa yang dikirim untuk melakukan pengabdian
di Pulau Sebatik, dan pada 2018 mendatang sudah terdaftar 30 Mahasiswa terseleksi
yang akan kembali diberangkatkan untuk melaksanakan ekpedisi pengabdian ini.
Berawal dari kemuliaan hati Ummi, mampu menggerakkan 134 mahasiswa untuk
berbuat baik dan mengabdikan hidupnya di perbatasan Negara.
Inilah wakaf terbesar Ummi, yang juga merupakan keputusan
besar dalam hidupnya. Mewakafkan dirinya sendiri, meninggalkan segala kemewahan
dunia yang telah diraih dengan susah payah, hanya demi masa depan anak-anak
bangsa. Ummi mengajarkanku bahwa salah satu tugas besar manusia hidup di dunia
ini memang untuk saling berbagi, dalam segala hal. Menghidupkan kembali rasa
peduli kita pada sesama, pada mereka yang kekurangan, pada mereka yang tidak
seberuntung kita.
"Bagikanlah apa yang mampu kita bagi, meskipun sedikit. Karena sedikit bagi kita bisa jadi jumlah yang besar untuk mereka."
Kemuliaan hati Ummi telah mampu mengispirasi dan
menggerakkan hati-hati lainnya untuk ikut berbuat baik. Inilah salah satu
tujuanku menuliskan kisah Ummi, kisah perempuan hebat yang diharapkan mampu
menggerakkan lebih dan lebih banyak lagi hati orang untuk berbuat baik. Ikut
berjuang seperti Ummi, menjadi bagian dari proses perwujudan cita-cita
mereka di Tapal Batas.
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project
|
Berbuat baik lagi dan lagi, terus menerus, hingga lebih
banyak lagi orang baik yang mendekat, bekerja dan bergerak bersama untuk sebuah
misi kemanusiaan. Memanusiakan manusia, hingga tidak ada lagi rakyat Indonesia
yang bodoh, tertinggal, yang kesulitan untuk menikmati pendidikan. Ayo bantu
mereka untuk melihat dunia lebih luas, mendapatkan hak yang sama dalam
pendidikan seperti anak-anak di pusat kota. Memfasilitasi mimpi mereka untuk
menjadi nyata.
Ummi telah mewakafkan dirinya, juga hidupnya untuk
Sekolah Tapal Batas. Perjuangan Ummi telah menularkan kebaikan pada banyak
orang. Tapi perjuangan ummi belum selesai, ummi masih punya sebuah mimpi besar.
Mengantarkan anak-anak Sekolah Tapal Batas pada gerbang kesuksesan dalam hidup
mereka. Membebaskan mereka dari lingkaran kebodohan, keluar dari dunia
perburuhan turun temurun yang dikuasai Malaysia. Dan Ummi akan butuh banyak
tenaga, banyak bantuan dari tangan-tangan baik kita semua. Mari sama-sama bantu
Ummi mewujudkan cita-cita besarnya, menyediakan pendidikan yang layak untuk
Sekolah Tapal Batas.
Betapa Ummi telah menjadi Pahlawan
bagi anak-anak juga warga perbatasan, jasa Ummi sungguh berharga. Cerita tentang Ummi telah terdengar oleh orang-orang
baik diluar sana, beberapa bantuan datang untuk Sekolah Tapal Batas. Salah satu
bantuan berasal dari Dompet Dhuafa , yang mengirimkan bantuan berupa
materi dan tenaga pengajar di Sekolah Tapal Batas pada tahun 2015 silam. Tidak
berhenti sampai disitu, berbagai macam Donasi pun bermunculan sesudahnya, mulai dari
croud founding dari teman-teman mahasiswa yang mengetahui kisah Ummi, juga
banyak bantuan dari Para Hero Zaman Now yang terus membantu perjuangan
Ummi untuk Sekolah Tapal Batas. Betapa banyak orang yang melakukan kebaikan
karena mendengar kisah Perjuangan Ummi di Tapal Batas. Aku adalah salah
satunya, jika kamu juga ingin menjadi bagian dari ekspedisi kemanusiaan ini silahkan
sebarkan kisah tentang Ummi ini dan ajak teman-temanmu untuk juga berbuat baik,
untuk juga menjadi Pahlawan bagi mereka yang membutuhkan. Atau dengan menulis
kisah inspiratifmu sendiri dengan mengikuti kompetisi blog dari Dompet Dhuafa ini,
Lomba Blog Dompet Dhuafa |
Karena dengan menulis dan membagikannya pada banyak
orang, akan lebih banyak yang mengetahui, akan lebih banyak hati yang
terispirasi, juga lebih banyak tangan-tangan baik yang bergerak membantu
sesama. Tulislah kisah tentang kebaikan apapun yang mengispirasi, kumpulkan
lebih banyak orang baik, lakukan lebih banyak hal baik. Karena tidak pernah ada
kebaikan yang sia-sia, percayalah bahwa setiap perbuatan baik akan
mengantarkanmu pada episoode-episode kehidupan baik selanjutnya.
Sumber : Tim PDD Saudara Sebatik Project |
Ayo mulai langkah pertamamu, coba keluar dari zona nyaman.
Coba pergi lebih jauh, bertemu dengan lebih banyak orang baik, hingga kamu
menjadi pribadi yang semakin baik lagi. Lalu semakin banyak berbuat baik, lagi
dan lagi, hingga orang-orang disekitarmu juga ikut menjadi baik. Lakukan
kebaikan, lalu tularkan pada sekelilingmu hingga tidak ada lagi kejahatan,
pertenngkaran, saling salah menyalah. Mari peduli, mari berbuat baik, mari
menjadi baik.
Selamat berbagi !
Nice story kak, congrat Juara 2 kak hehe
BalasHapusTerimakasih kak 😊
HapusInspiratif sekali kisah Ummi. Btw, selamat mbak juara 2 lomba blog Dompet Dhuafa! ^^
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih banyak kak 😊
Hapus